BAB 4 ( PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN )
-
Menjelaskan
bagaimana praktek pengungkapan akuntansi dipengaruhi oleh perbedaan tata kelola
keuangan perusahaan disuatu Negara !
Standar
dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, sistem hukum, ikatan politik ekonomi, tingkat
pembangunan ekonomi,tingkat pendidikan, budaya dan pengaruh lainnya. Perbedaan
nasional dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan dalam tata kelola
perusahaan dan keuangan.
Di
Amerika Serikat, Inggris, dan negara – negara Aglo Amerika lainya pasar ekuitas
tersebar luas antara pemegang saham dan perlindungan terhadap investor sangat
ditekankan.Investor intitusional memainkan peranan penting , menuntut
pengembalian keuangan dan nilai pemegang saham yang meningkat. Pengukapan
public sangatlah maju sebagai respos terhadap akuntabilitas perusahaan public.
Di
Negara lain seperti Prancis, Jepang, dan beberapa Negara berkembang kepemilikan
saham masih tetap sangat terkonsentrasi dan
bank merupakan sumber utama pembiayaan perusahaan dan menetapkan
disiplin perusahaan. Pengunkapan public tidak terlalu maju di pasar – pasar ini
dan perbedaan besar dalam jumlah informasi yang di berikan kepada pemegang
saham besar dan kreditor dengan yang diberikan kepada public masih diperbolehkan.
Tata
kelola perusahaan berhubungan dengan alat-alat internal yang digunakan untuk
menjalankan dan mengendalikan sebuah perusahaan – tanggung jawab, akuntabilitas
dan hubungan di antara para pemegang saham, anggota dewan dan para manajer yang
dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan. Masalah-masalah tata kelola
perusahaan antara lain meliputi hak dan perlakuan kepada pemegang saham,
tanggung jawab dewan, pengungkapan dan transparansi dan peranan pihak-pihak
yang berkepentingan. Praktik tata kelola perusahaan semakin mendapat perhatian
dari para regulator, investor dan analis.
Pengungkapan
laporan tahunan perusahaan di negara-negara pasar berkembang secara umum kurang
ekstensif dan kurang kredibel dibandingkan dengan pelaporan perusahaan di negara-negara
maju. Sebagai contoh, pengungkapan yang tidak cukup dan yang menyesatkan dan
perlindungan konsumen yang terabaikan disebut-sebut sebagai penyebab krisis
keuangan Asia Timur di tahun 1997.
Tingkat
pengungkapan yang rendah di negara-negara pasar berkembang tersebut konsisten
dengan sistem tata kelola perusahaan dan keuangan di negara-negara itu. Pasar
ekuitas tidak terlalu berkembang, bank dan pihak internal seperti kelompok
keluarga menyalurkan kebanyakan kebutuhan pendanaa dan secara umum tidak
terlalu banyak adanya kebutuhan akan pengungkapan publik yang kredibel dan
tepat waktu, bila dibandingkan dengan perekonomian yang lebih maju.
Namun
demikian, permintaan investor atas informasi mengenai perusahaan yang tepat
waktu dan kredibel di Negara-negara pasar berkembang semakin banyak regulator
memberikan respons terhadap permintaan ini dengan membuat ketentuan
pengungkapan yang lebih ketat dan meningkatkan upaya-upaya pengawasan dan
penegakan aturan.
- Memahami
persoalan-persoalan penting yang mempengaruhi keputusan manajemen untuk membuat
pengungkapan keputusan !
Salah
satu tujuan utama pelaporan keuangan adalah memasok informasi untuk pengambilan
keputusan. Untuk itu dibutuhkan pengungkapan data keuangan dan informasi
relevan lainnya dengan cara yang tepat. Berikut beberapa hal yang penting
berkaitan dengan tentang pengungkapan informasi keuangan :
- Tentang pada siapa informasi
diungkapkan
- Tentang tujuan informasi
- Tentang seberapa banyak informasi yang
harus diungkapkan
- Tentang bagaimana informasi
diungkapkan
- Tentang waktu pengungkapan informasi
-
Mengidentifiksasi
tujuan pengungkapan akuntansi dalam pasar ekuitas !
Dalam ekonomi yang kompetitif,
pengungkapan koorperasi merupakan sarana untuk menyalurkan akuntabilitas
koorperasi kepada para penyedia modal (investor) dan untuk mepermudah alokasi
sumberdaya untuk pemanfaatan yang paling produktif.
Suatu koorperasi perlu menarik modal
dalam jumlah yang sangat besar untuk pembiayaan aktivitas produksi dan
distribusi yang ekstensif. Oleh karena itu pembiyaan internal ini sangat
bergantung pada modal eksternal yang diinvestasikan oleh para investor pada
sebuah koorperasi, Sebagai timbal balik, seorang investor memerlukan
pengungkapan (tansparansi koorperasi) dimana para investor tersebut dapat menilai
kualitas saham yang mereka tanamkan.
Kaitan konseptual antara pengungkapan
yang meingkat dan biaya modal perusahaan dari teori perilaku investasi dalam
kondisi ketidakpastian, yaitu:
- Dalam
dunia ketidakpastian, para investor memandang
pengembalian dari investasi sekuritas sebagai uang yang diterima sebagai
konsekwensi kepemilikan.
- Karena
adanya ketidakpastian pengembalian ini dipandang dalam pengertian
probabilistik.
- Para
investor menggunakan sejumlah ukuran berbeda untuk mengukur hasil yang diharapkan
dari suatu sekuritas.
- Para
investor menyukai tingkat pengembalian yang tinggi untuk tingkat resiko
tertentu atau sebaliknya.
- Nilai
sebuah sekuritas berhubungan positif dengan aliran hasil yang diharapkan dan
berhubungan terbalik dengan resiko yang berkaitan dengan pengembalian tersebut.
- Jadi,
Pengungkapan perusahaan akan meningkatkan distribusi probabilitas dari hasil
yang diharapkan oleh investor dengan mengurangi ketidakpastian yang berhubungan
dengan pengembalian tersebut. Sehingga akan meningkatkan performance (kinerja
perusahaan) di mata para investor sehingga memikat para investor untuk
menginvestasikan yang lebih besar pada sekuritas yang sama sehingga dapat
mengurangi biaya modal.
-
Memahami perbedaan mendasar praktek
pengungkapan keuangan perusahaan dalam berbagai aspek !
Dalam
keadaan informasi asimetri yang tinggi, maka pemakai laporan keuangan tidak
mempunyai informasi yang cukup untuk mengetahui apakah laporan keuangan,
khususnya laba telah dimanipulasi. Teori market microstructure mengatakan bahwa
salah satu masalah adverse selection yang dihadapi pengambil keputusan adalah
adanya kemungkinan informasi firm-specific yang material tidak diungkapkan ke
publik (Yanivi, 2003). Regulator pasar modal dapat mengurangi asimetri
informasi ini dengan membuat ketentuan minimal atas pengungkapan yang perlu
dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa saham. Salah satu regulasi
tersebut adalah keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal nomor Kep-06/PM/2000
tentang pedoman penyajian laporan keuangan. Greenstein dan Sami (1994) dalam
Yanivi (2003) meneliti dan menemukan bahwa kewajiban dari Securitas Exchange
Commite (SEC) mengenai disclosure segmentasi perusahaan publik di pasar saham
Amerika Serikat telah menurunkan informasi asimetri yang ditunjukkan dengan
mengecilnya bid-ask spread saham perusahaan.
Tingkat
pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pengguna laporan keuangan
untuk memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Terdapat
tiga tingkatan pengungkapan yaitu pengungkapan penuh, pengungkapan wajar, dan
pengungkapan cukup. Pengungkapan penuh mengacu pada seluruh informasi yang
diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan maupun informasi non
keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi laporan keuangan tetapi juga
mencakup informasi yang diberikan pada management letter, company prospect dan
sebagainya. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang diwajibkan oleh standar
akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar adalah pengungkapan cukup
ditambah dengan informasi lain yang dapat berpengaruh pada kewajaran laporan
keuangan seperti contingencies, commitments dan sebagainya.
Catatan
atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan
komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan
dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
- Informasi tentang dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan ditetapkan terhadap
peristiwa dan transaksi penting.
- Informasi yang disajikan dalam PSAK tetapi
tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas.
- Informasi tambahan yang tidak
disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian
secara wajar.
Tingkat
pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pengguna laporan keuangan
untuk memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Terdapat
tiga tingkatan pengungkapan yaitu pengungkapan penuh, pengungkapan wajar, dan
pengungkapan cukup. Pengungkapan penuh mengacu pada seluruh informasi yang
diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan maupun informasi non
keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi laporan keuangan tetapi juga
mencakup informasi yang diberikan pada management letter, company prospect dan
sebagainya. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang diwajibkan oleh standar
akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar adalah pengungkapan cukup
ditambah dengan informasi lain yang dapat berpengaruh pada kewajaran laporan
keuangan seperti contingencies, commitments dan sebagainya.
Kualitas Pengungkapan
Kualitas
Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan dikenal dengan berbagai konsep.
Antara lain kecukupan (adequacy) (Buzby, 1975), kelengkapan (comprehensiveness)
(Barret, 1976), Informatif (informativeness) (Alford et al., 1993), dan tepat
waktu (time lines) (Courtis, 1976; Whittred, 1980). Imhoff (1992) menunjuk pada
tingkat kelengkapan sebagai karakteristik kualitas pengungkapan, sementara
Singhvi dan Desai (1971) menunjuk pada kelengkapan (completeness), akurasi
(Accuracy), dan keandalan (reliability) sebagai karakteristik kualitas
pengungkapan. Indikator empiris kualitas ungkapan tersebut berupa indeks
pengungkapan (disclosure index) yang merupakan rasio (ratio) antara jumlah
elemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen yang mungkin
dipenuhi. Makin tinggi angka indeks pengungkapan, maka makin tinggi kualitas.
BAB 5 ( TRANSLASI MATA UANG ASING )
-
Membedakan
translasi dan konversi antar mata uang asing !
Translasi
mata uang asing adalah Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata
uang ke mata uang lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya
adalah, Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, contohnya pada sebuah
necara yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai
ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya
pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.
-
Memahami istilah-istilah dalam
translasi mata uang asing !
Ada beberapa istilah-istilah dalam
transaksi mata uang asing, yaitu :
- Konversi, merupakan pertukaran suatu mata uang
ke dalam mata uang lain.
- Kurs
kini, merupakan nilai
tukar yang berlaku pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
- Posisi
aktiva bersih yang beresiko,
merupakan kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang
asing dan di translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang
diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan
menggunakan kurs kini.
- Kontrak
pertukaran forward,merupakan
suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan
menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
- Mata
uang fungsional,
merupakan mata uang utama yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang Negara
dimana perusahaan itu berlokasi.
- Kurs
histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat
suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
- Mata
uang pelaporan,
merupakan mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
- Kurs
spot, merupakan nilai
tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
- Penyesuaian
translasi, merupakan
penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang
fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi
dari PSAK (SFAS) no.52, 1981.
-
Atribut,
karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi.
Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang merupakan atribut suatu
aktiva.
-
Konversi, pertukatan
suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
-
Kurs kini, nilai
tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
-
Diskonto, ketika
tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang
berlaku sekarang.
-
Posisi
aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva yang diukur dalam atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan
kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang
asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
-
Mata uang
asing,
suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara, mata
uang selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
-
Laporan
keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan yang menggunakan mata
uang asing sebagai unit pengukuran.
-
Transaksi
mata uang asing,
transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau jasa, atau utang
pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang dinyatakan dalam
mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
-
Translasi
mata uang asing,
proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam
suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai
tukar diantara dua mata uang tersebut.
-
Operasi luar
negri,
suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan
atau dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam
laporan keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing
selain mata uang pelaporan perusahaan pelapor.
-
Kontak
pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan
mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs
forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
-
Mata uang
fungsional,
mata uang utama yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
-
Kurs
histories,
kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva
atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
-
Mata uang
local,
mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang
digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
-
Pos-pos
moneter,
kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang
dalam nilai yang tetap di masa depan.
-
Mata uang
pelaporan,
mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
-
Tanggal
penyelesaian,
tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
-
Kurs spot, nilai
tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
-
Tanggal
transaksi,
tanggal saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan
pelapor.
-
Penyesuaian
translasi,
penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata
uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
-
Unit
pengukuran,
mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
-
·Mengetahui perbedaan keuntungan dan
kerugian translasi mata uang asing !
Jika
sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut pandang perusahaan local),
masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan.
Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan mendistorsikan
hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi tersebut.
Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari sudut pandang mata
uang local sebagai penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika
mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan
yang ditranslasikan ( sudut pandang induk perusahaan ), sangat disarankan untuk
mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut
pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan
dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan
kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam mata uang domestic dan
harus diakui.
Keuntungan
dan kerugian translasi mata uang asing :
1. Penagguhan
Perubahan
nilai ekuivalen mata uang domestic dari aktiva bersih anak perusahaan luar
negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang
local yang dihasilkan dari entitas asing. Penyesuaian translasi harus
diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
2. Pengangguhan
dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian
translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos
neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguha=kandan
diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba
dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan
diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban
bunga.
3.
Penangguhan
parsial
Keuntungan dan kerugian translasi adalah
dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui
keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini semata-mata hanya karena
merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
4. Tidak
ditangguhkan
Mengakui keuntungan dan kerugian translasi
dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun, memasukkan keuntungan dan
kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke
dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan
apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar.
Keuntungan dan kerugian translasi ini
mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi dalam mata uang domestic
dan harus diakui.
-
Memahami pengaruh penggunaan berbagai
metode translasi mata uang asing terhadap laporan keuangan !
Walaupun sebagian
besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan sendirinya
sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata merupakan
suatu pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh
perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar,
pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi
pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya pelaporan dan
pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan
besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-eksekutif keuangan, akuntan, dan
komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari
translasi valuta asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki
akuntansi intemasional ini.
Single Rate Method
Berdasarkan
pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap
oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan
mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan
afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan
“rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi
bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah
penggunaan metode kurs berlaku.
Karena semua
laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta,
metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya.
rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual
yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan
hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun
menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh
sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi,
yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk,
hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan
perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu.
mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam
metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan
perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana
perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh
sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA
1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari
perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya
historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap
$1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai
aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs
berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal
dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi
valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi
berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva
tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap
di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Methods
Metode-metode
kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses
translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
Metode
berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS
dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar
sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan
perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban
non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Item-item
laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan
dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata
tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan
amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat
aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi
ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang
memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan
kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi
seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode
moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode
moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs
translasi yang tepat.
Karena
item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk
mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen
yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode
Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses
konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode
ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur;
metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing,
misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian
aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki
pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan
akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain
diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi
(harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan
harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti
persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang
berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut
Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan
untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang
luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar
negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa uang,
piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Aktiva dan
kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs
yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut.
Metode
translasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs
translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam
nilai ekuivalen dalam mata uang domestic atau metode yang menggunakan berbagai
macam kurs.
1. Metode Kurs
Tunggal
Metode ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs
nilai tukar, yaitu kurs terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan
kewajiban lancer. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya
ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat
pos-pos tersebut diakui. Namun demikian untuk memudahkan pos-pos ini umumnya
ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang
tepat untuk periode tersebut. Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki
domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang local di mana perusahaan
afiliasi asing melakukan usahanya. Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang
asing dikatakan menghadapi resiko mata uang asing jika ekuivalen dalam mata
uang digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.
2. Metode Kurs
Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar histories dan
kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.
3. Metode
Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban
lancer anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan
induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancer
ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali
beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang
berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama
keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan
berdasarkan kurs histories yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis.
Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancer secara tidak
langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing
sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.
4. Metode
Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi
neraca unutk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap,
investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan
menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan
menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non
kini.
5. Metode
Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, tranlasi mata uang merupakan
proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini
tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran
ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal
neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan
diterima atau akan dibayar pada saat jatuh temponya.
-
Melakukan evaluasi dan memilih metode
translasi mata uang asing terbaik sesuai kondisi usaha dan pasar uang !
Berdasarkan
metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang
mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang
nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya histories, ditranslasikan
berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan biaya
histories dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar
histories menghasilkan biaya histories dalam mata uang domestik.
Keempat metode
yang dibahas pada satu waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat
ditemukan hingga hari ini di berbagai Negara. Secara umum, metode ini
menimbulkan hasil translasi mata uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode
yang pertama (metode kurs kini, metode kini-non-kini, dan metode
moneter-non-moneter) digunakan dalam mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban
manakah yang beresiko atau dapat dilindungi dari resiko mata uang asing.
Kemudian, metode translasi diterapkan secara konsisten dengan memperhatikan
perbedaan tersebut.
MANA YANG TERBAIK?
Sejauh ini
istilah kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada
histories atau kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba
rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang
berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam situasi ini harus dipilih beberapa
kurs nilai tukar yang ada.
Beberapa alternative yang disarankan
adalah:
- Kurs
pembayaran dividen
- Kurs
pasar bebas
- Kurs
penalty atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait dalam
kegiatan ekspor impor.
-
Memahami
hubungan translasi mata uang asing dengan inflasi !
Penggunaan kurs kini untuk
mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan
berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat
yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan
dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu
dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada
pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba
akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio
pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar
negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi
sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan
kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan
dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai
mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan
dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen
dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan
menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam
mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak
dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
BAB
6 ( PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA )
Perubahan
harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam
suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan
atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut
sebagai inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut sebagai deflasi
(deflation).
-
Memahami mengapa laporan keuangan
memiliki potensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga !
Selama periode
inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang
mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Ketidakakuratan pengukuran
ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu
historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data
kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
- Kenaikan
dalam proporsi pajak
- Permintaan
dividen lebih banyak dari pemegang saham
-
Permintaan
gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
-
Tindakan
yang merugikan dari negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan
yang sangat besar).
Kegagalan untuk
menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit
moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang
dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata
uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini),
yang kemudian diterapkan terhadap kerugian
daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode
inflasi. Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna
dilakukan karena :
- Pengaruh
perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi
suatu perusahaan.
- Mengelola
masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang
akurat atas masalah tersebut.
- Laporan
dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga
lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan
yang membahas masalah-masalah tersebut.
-
Mengetahui istilah-istilah akuntansi
inflasi dan memahami pengaruh penyesuaian harga terhadap laporan keuangan !
- Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh:
biaya histories atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva
- Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk
perubahan dalam harga tertentu
- Kekayaan yang dapat dihapuskan. Jumlah aktiva bersih suatu
perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih
- Mekanisme Penyesuaian. Manfaat berupa keuntungan daya beli
pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan
tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan
dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
- Ekuivalen Daya Beli Umum. Jumlah mata uang yang telah
disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
- Keuntungan kepemilikan
suatu investasi. Kenaikan nilai biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
- Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam
suatu perekonomian meningkat sebesar lebih dari 25% pertahun.
- Inflasi. Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu
perekonomian.
- Aktiva moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau
piutang usaha.
- Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya
beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode
inflasi.
- Kewajiban moneter. Suatu kewajiban untuk
membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang
dengan suku bunga yang tetap.
- Kerugian Moneter. Penurunan dalam daya
beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama periode
inflasi.
- Penyesuian Modal Kerja Moneter. Pengaruh
perubahan harga khusus terhadap seluruh
jumlah modal kerja yang digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan operasinya.
- Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan
perubahan harga.
- Aktiva Nonmoneter. Aktiva yang tidak
menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap,
dan peralatan.
- Kewajiban Nonmoneter. Suatu utang yang tidak
mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti uang muka
pelanggan.
- Penyesuian Paritas. Suatu penyesuian yang
mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan Negara
tuan rumah.
- Aktiva permanent. Istilah di Brasil untuk
aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi terkait serta jumlah deplesi atau amortisasi.
- Indeks Hraga. Suatu rasio biaya dimana
pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang
representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari
keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
- Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk
memeperoleh barang dan jasa.
- Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
- Biaya penggantian. Biaya kini untuk
mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
- Mata uang pelaporan. Mata uang yang
digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
- Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak
perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi.
- Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk
komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan.
- Metode translasikan-nyatakan kembali. Suatu metode konsolidasi
pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan keuangan anak perusahaan
luar negeri kedalam mata uang induk perusahaan dan kemudian dinyatakan kembali
jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk perusahaan
-
·Menentukan perbedaan model akuntansi
biaya terkini dan konvensional !
Secara umum, akuntansi
konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang
mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui perubahan tingkat harga umum atau perubahan tingkat
suku. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli sebagai periode
inflasi, laporan keuangan historis secara ekonomis tidaklah relevan. Pada
periode ini umumnya mencetak pendapatan lebih tinggi sedangkan aktiva tetap
dinilai lebih rendah. Sebenarnya, ada beberapa metode akuntansi mengenai
pengaruh perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai
sekarang, dan akuntansi tingkat harga umum. Umum tingkat harga penyajian
akuntansi akan memegang komponen laporan keuangan ke dalam dolar pada tingkat
yang sama daya beli, tetapi tidak mengubah prinsip akuntansi yang digunakan
dalam akuntansi berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang
menyangkut relevansi penggunaan tingkat harga akuntan publik masih berlanjut
hingga hari ini. Beberapa argumen yang mendukung atau menolak penerapan
akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian pula,
hasil dua studi mengenai dampak penerapan umum tingkat harga akuntansi terhadap
laporan keuangan akan diperbandingkan untuk melihat apakah penyesuaian
akuntansi yang didasarkan pada tingkat harga umum diperlukan.
-
Menjelaskan perbedaan akuntansi
inflasi di AS, Inggris, dan Brazil !
Di
AS, keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan me
restate, ke dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir dari, atau transaksi
dalam, semua aset-aset dan kewajiban moneter (termasuk hutang jangka panjang).
Hasilnya dimaksudkan untuk menyediakan basis yang berguna untuk menilai kinerja
perusahaan dalam mempertahankan daya beli umum dari para investor (FAS No 89,
paragraf 65-66). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba tetapi
diungkapkan dalam item terpisah yang berdiri sendiri. Perlakuan ini menyiratkan
bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam iem-item moneter berbeda
sifatnya dengan laba-laba lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian atas
item-item moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan geraing
adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan perubahan tingkat harga
berikut diberikan (SSAP NO. 16 paragraf 11-13)/ ketika penjualan dilakukan
secara kredit, perusahaan sebebnarnya mengikat modal kerja (dalam arti,
perusahaan membiayai perubahan-perubahan keuangan dalam replacement cost dari
persediaannya) sampai piutang yang terkait ditagih. Sebaliknya, ketika
persediaan dan perlengkapan lain dibeli secara kredit, perubahan-perubahan
harga spesifik yang berkaitan dengan item-item ini pada dasarnya dibiayai oleh
pemasok selama periode kredit. Sehingga modal kerja dari pembeli bebas untuk
digunakan bagi keperluan lain. Karena fenomena-fenomena ini sama dan dipandang
sebagai perluasan dari penyesuian penjualan biaya berjalan untuk menghasilkan
laba operasi yang telah disesuaikan.
Di
Brazil, tidak menyesuaikan aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit
karena jumlah-jumlah ini diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang
timbul dari menghitung nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah
disesuaikan dengan tingkat harga mewakili keuntungan atau kerugian daya beli
umum dalam membiayai modal kerja dengan hutang atau modal. Penyesuaian aset
permanen yang melebihi penyesuaian modal mencerminkan porsi aset permanen yang
dibiayai dengan hutang, sehingga menghasilkan keuntungan daya beli. Sebaliknya,
penyesuaian modal yang lebih besar daripada penyesuaian aset permanen
menunjukkan porsi modal kerja yang dibiayai oleh modal. Bagi porsi modal ini
diakui adanya kerugian daya beli selama periode inflasi.
-
Memahami pelaporan keuangan dalam
perekonomian hiperinflasi !
ED
PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari
IAS 29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan
dengan penyajian kembali laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi
dalam mata uang pelaporan entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan
entitas disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan.
Selain itu, pos-pos terkait di periode sebelumnya disajikan dalam unit
pengukuran kini pada akhir periode pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter
neto diakui dalam laporan laba rugi dan diungkapkan terpisah.
Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi terdiri
dari paragraf 1 – 40. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang
sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur
prinsip-prinsip utama. PSAK 63 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi
2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
memberikan dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada
panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur
yang tidak material.
Pendahuluan
Pernyataan
ini diterapkan untuk laporan keuangan, termasuk laporan keuangan konsolidasian,
dari setiap entitas yang mata uang fungsionalnya adalah mata uang dari suatu
ekonomi yang mengalami hiperinflasi (selanjutnya disebut ekonomi hiperinflasi.
Dalam
ekonomi hiperinflasi, pelaporan hasil operasi dan posisi keuangan dalam mata
uang lokal tanpa penyajian kembali tidak bermanfaat. Uang menjadi kehilangan
daya beli sedemikian rupa sehingga perbandingan jumlah dari transaksi dan
kejadian lain dari waktu ke waktu, bahkan dalam periode akuntansi yang sama,
menjadi menyesatkan.
Pernyataan
ini tidak menetapkan pada tingkat inflasi tertentu dianggap terjadi
hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan dalam penentuan kapan penyajian kembali
laporan keuangan perlu dilakukan sesuai dengan pernyataan ini. Karakteristik
dari lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi bahwa negara
tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:
- Penduduknya lebih memilih untuk
menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang
asing yang relatif stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera
diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli;
- Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter
bukan dalam mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil.
- Harga-harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;Harga yang berlaku dalam penjualan dan
pembelian secara kredit ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi
hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya
singkat.
- Suku bunga, upah dan harga dikaitkan
dengan indeks harga; dan
- Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun
mendekati atau melebihi 100%.
Semua
entitas yang menyusun laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi
yang sama dianjurkan menerapkan Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun,
Pernyataan ini diterapkan atas laporan keuangan setiap entitas sejak awal
periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara
yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut untuk menyusun laporan
keuangan.
-
Mengetahui apakah dolar konstan atau
biaya kini lebih baik untuk mengukur pengaruh inflasi !
Terdapat
empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Keempat isu itu adalah: (1) apakah dolar konstan atau biaya kini yang
lebih baik mengukur pengaruh inflasi, (2) perlakuan akuntansi terhadap
keuntungan dan kerugian inflasi, (3) akuntasi inflasi luar negeri, dan
(4)menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi :
Perlakuan
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong
kontroversial. Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat
ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan
akhir,serta transakasi dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk
utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah.
Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal
yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris , keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme
penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus
(dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya)
kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu
periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba
operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan,
yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.
Pendekatan
di Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban
kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang
dapat direalisasi. Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen
dan ekuitas pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan
keuntungan atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal
dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi
penyesuaian ekuitas menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai
oleh utang, sehingga menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian
ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya
sebagian modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk
bagian ini selama periode inflasi.
SSAP
16 memiliki keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan
persediaan dan aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja
dalam nilai nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan
harga yang semakin meningkat. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari
penggunaan utang selama masa inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik
untuk mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur
penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk
mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh perusahaan dapat
menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan itu,pendekatan di
Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang mengungkapkan
mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk memperlakukannya
sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk depresiasi, harga pokok
penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang
laba biaya historis selama masa inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan
beban jasa utang yang digunakan untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan :
Akuntansi
untuk biaya kini membagi total laba menjadi dua bagian: (1) laba operasi
(perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi)
dan (2) keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva
non moneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi.
Meskipun pengukuran keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan
akuntansinya tidaklah demikian.
Kenaikan
dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang
lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu
direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan
kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan,
aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik,
yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk
mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki
untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat
dipasarkan, tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif.
Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan
atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat
direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.
-
Definisi penurunana ganda (double dip)
dan menjelaskan cara penanganannya !
Pada
saat me-restate perkiraan-perkiraan luar negeri untuk memperhitungkan inflasi
luar negeri, kehati-hatian harus dijaga untuk mencegah fenomena “double-dip”.
Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi lokal memberi dampak langsung pada
kurs yang digunakan dalam proses translasi. Walaupun ahli ekonomi umumnya
mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu negara
dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti memperlihatkan bahwa hubungan
seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam jangka pendek. Oleh karenanya,
besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk menghilangkan fenomena
perhitungan-ganda akan bervariasi tergantung pada kadar korelasi negatif antara
kurs dengan perbedan inflasi.
Penyesuaian
inflasi terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk
menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba.
Meskipun begitu akibat hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta,
perubahan kurs antara laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain
yang berurutan , yang umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama
satu periode tertentu), akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak
sebagian dampak inflasi (yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi
yang telah tercermin dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus
diperhitungkan sebagai bagian dari penyesuaian inflasi.
Penyesuaian
diatas relevan untuk perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS,
yang telah mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri
berdasarkan FAS No. 52 dan yang mentranslasikan persediaan dengan menggunakan
kurs berjalan. Penyesuaian tersebut sangat berhubungan erat dengan
perusahaan-perusahaan multinasional Eropa, jika kita melihat metode-metode
translasi valuta yang dewasa ini mereka paki. Dalam sebuah survey mengenai
praktik-praktik translasi valuta asing di Denmark, Jerman, Belanda, Swedia,
Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan disana mendemonstrasikan kecendrungan
ke arah penggunaan metode translasi kurs berjalan. Walaupun banyak perusahaan
melaporkan keuntungan dan kerugian translasi valuta dalam cadangan neraca,
sejumlah besar perushaan, terutama di Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan
keuntungan dan kerugian semacam itu langsung di dalam laba berjalan. Tanpa
adanya penyesuaian untuk menghindari perhitungan ganda yang telah di singgung
sebelumnya., perusahaan-perusahaan semcam itu bisa berakhir dengan laba yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi, karena inflasi luar negeri dihitung dua
kali.
Sumber
:
RESKINO,
SE., Akt., M. Si, AKUNTANSI INTERNASIONAL
“Akuntansi
Internasional” Simon & Schuter(Asia) Pte, Ltd. Salemba Empat, Jakarta :
1997
http://ikapurple.blogspot.com/2011_04_01_archive.html